Jumat, 11 Maret 2016

Mulai Malam

                                          

Hari berganti hari, malam berganti malam, Setiap hari terlewati setiap malam tak terlewatkan, Kancil mulai bosan dengan semua yang dia rasakan dan yang dia lakukan, Yang kebanyakan mengikuti perintah otak kanan.
Ketika matahari terbenam ia bergegas ke pesinggahan sembari menikmati hangatnya bulan yang membawanya kedalam kedamaian, kedamaian yang  ia bosankan, kedamaian yang berujung dengan kegundahan, kegelisahan, kegalauan, dan secuil penyesalan masalalu yang sedikit kelam walaupun itu bisa dikatakan berada didalam kewajaran dalam kehidupan masa usia 17 tahunan. Entah ini sebuah fase dari sebuah perjalanan yang akan mendewasakan  yang bukan hanya dia saja yang setiap malam dipusingkan oleh bayang-bayang  masa lalu dan realita kehidupan.
 malam yang panjang, malam yang  membuat kedua otaknya saling bergantian berpikir sampai akhirnya  dia mulai sadar bahwa dia masih mempunyai begitu banyak hari dan malam yang akan dilalui,  dia sadar mempunyai masa depan yang harus dipertanggung jawabkan, ia sadar bahwa ia adalah seorang pejantan yang akan mempunyai pasangan dan keturunan, dalam hati dia berkata “inilah awal dari kehidupan saya yang nyata, orang tua keluarga hanya akan menjadi penghantar saja, saya sendirilah yang harus merajut  semua asa, asa yang semua orang punya, yaitu hidup dengan bergelimang harta, dengan doa kepada Sang Penguasa agar keluarga yang ku punya bisa bahagia”.

Akhirnya malam yang membosankannyapun hilang bersama semua kekacauan pikiran si kancil, dan digantikan dengan malam-malam yang penuh dengan asa, pengharapan, impian, tekad dan doa agar setiap harinya ia bisa mengumpulkan ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk menemani kehidupannya.
                                                                             

                                     Adia Suteja 09 maret 2016