Mulai Malam
Hari berganti hari, malam berganti malam, Setiap hari
terlewati setiap malam tak terlewatkan, Kancil mulai bosan dengan semua yang dia rasakan
dan yang dia lakukan, Yang kebanyakan mengikuti perintah otak kanan.
Ketika matahari terbenam ia
bergegas ke pesinggahan sembari menikmati hangatnya bulan yang membawanya
kedalam kedamaian, kedamaian yang ia
bosankan, kedamaian yang berujung dengan kegundahan, kegelisahan, kegalauan, dan
secuil penyesalan masalalu yang sedikit kelam walaupun itu bisa dikatakan
berada didalam kewajaran dalam kehidupan masa usia 17 tahunan. Entah ini sebuah
fase dari sebuah perjalanan yang akan mendewasakan yang bukan hanya dia saja yang setiap malam
dipusingkan oleh bayang-bayang masa lalu
dan realita kehidupan.
malam yang panjang, malam yang membuat kedua otaknya saling bergantian
berpikir sampai akhirnya dia mulai sadar
bahwa dia masih mempunyai begitu banyak hari dan malam yang akan dilalui, dia sadar mempunyai masa depan yang harus dipertanggung jawabkan, ia sadar bahwa ia
adalah seorang pejantan yang akan mempunyai pasangan dan keturunan, dalam hati dia berkata “inilah awal dari kehidupan saya yang nyata, orang tua keluarga hanya akan
menjadi penghantar saja, saya sendirilah yang harus merajut semua asa, asa yang semua orang punya, yaitu
hidup dengan bergelimang harta, dengan doa kepada Sang Penguasa agar keluarga
yang ku punya bisa bahagia”.
Akhirnya malam yang
membosankannyapun hilang bersama semua kekacauan pikiran si kancil, dan
digantikan dengan malam-malam yang penuh dengan asa, pengharapan, impian, tekad
dan doa agar setiap harinya ia bisa mengumpulkan ilmu-ilmu yang bermanfaat
untuk menemani kehidupannya.